Salah satu faktor yang mendukung ketidakberhasilan dalam belajar bahasa Inggris adalah karena tidak menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Kesalahan ini bisa dilakukan dengan sengaja maupun tidak disengaja. Bisa juga karena kurang telaten dalam belajar. Misalnya saat belajar menerjemahkan. Terlalu cepat buka kamus itu merupakan salah satu kesalahan. Karena kita "malas" menggunakan logika kita dalam memperkirakan arti suatu kata/frase/kalimat. Demikian juga malas membuka kamus itu juga merupakan salah satu kesalahan.
Dalam buku yang Agung Prihantoro, kesalahan dalam belajar bahasa Inggris tersebut meliputi kemampuan dalam membaca (reading), mendengarkan (listening), berbicara (speaking), menulis (writing), maupun menerjemahkan (translating). Sangat lengkap bukan? Meskipun demikian, adanya pembedaan dalam ke-5 pembahasan tersebut, bukan berarti kelima aspek tersebut saling terpisah. Bisa saja kesalahan dalam menerjemahkan terkait dengan membaca, bahkan dalam mendengarkan (misalnya ketika menerjemahkan dari percakapan/dialog). Kesalahan-kesalahan tersebut muncul, bukan hanya dalam pembelajaran di kelas, tetapi khususnya ketika belajar di luar kelas. Mengapa di luar kelas? Karena kebanyakan orang menghabiskan waktunya belajar di luar sekolah. Kalau di dalam sekolah/kelas kemungkinan melakukan kesalahan lebih minim karena ada pembimbingnya. Kedua, untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebagai sebuah ketrampilan, belajar berbahasa dilakukan secara kontinyu, telaten, melalui praktek dalam keseharian yang tidak bisa dilakukan di dalam kelas.
Kesalahan belajar bahasa Inggris dalam aspek membaca banyak terjadi, misalnya tidak membaca bagian pengantar atau pendahuluan daru suatu buku. Padahal melalui bagian pengantar ini kita bisa meraba-raba apa sih yang akan disajikan dalam buku/bacaan tersebut. Sehingga mengurangi kita untuk kehilangan alur cerita dari buku tersebut. Jelas kehilangan alur cerita juga merupakan kesalahan tersendiri. Demikian juga ketika tidak menggunakan logika kita dalam membaca suatu buku/naskah kita pun bisa kehilangan alur bahkan akhirnya tidak memahami isi bacaan tersebut. Logika tersebut juga digunakan untuk membuat hubungan antara kata, frase, kata, alinea, bahkan antar bab sehingga bisa memahami maksud bacaan tersebut secara utuh. Logika ini juga digunakan untuk memperkirakan bagian-bagian yang tidak kita pahami artinya, ketimbang harus selalu menuhankan kamus.
Demikian, juga saat belajar menulis. Kita mungkin terpaku hanya memindahkan kata-kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Padahal jelas polanya berbeda. Kalau kita terlalu terkungkung dalam aturan berbahasa Indonesia baik dari segi sintaksis maupun semantiknya, tentunya bisa-bisa menghasilkan teks bahasa Inggris yang ke Indonesia-Indonesiaan. Selain itu, miskin kosakata (vocabulary) juga menjadi kesalahan tersendiri. Bisa-bisa teks kita ya..kosakatanya itu-itu saja. Pemilihan kata/diksi yang tidak tepat juga kita paksakan karena terbatasnya kosa kata yang kita miliki. Demikian juga, jika tidak mau belajar dari karya para penulis/pengarang berbahasa Inggris juga akan mengurangi kualitas kita dalam membuat naskah berbahasa Inggris. Intinya, kita tidak mau mengaca atau merasa puas dengan tulisan kita tanpa menyadari dibandingkan dengan para penulis dari sana, jauh sekali kualitas tulisan kita. Baik dari segi isi maupun teknik penulisannya.
Demikianlah ulasan mengenai kesalahan-kesalahan dalam belajar bahasa Inggris. Tentunya akan menghabiskan puluhan bahkan ratusan lembar kertas untuk menuliskan semuanya. Setidaknya kita mempunyai gambaran, bahwa dalam belajar berbahasa kita tidak saja belajar tanpa arah dan tujuan yang jelas. Akhirnya kecapekan dan berhenti/menyerah di tengah jalan. Ya, dengan belajar dari kesalahan-kesalahan semoga bisa membangkitkan motivasi yang sedang belajar bahasa Inggris sekaligus mempercepat proses belajarnya.