Menjadi Pengusaha Melalui Sekolah Entrepreneur
Menjadi Pengusaha saya pikir pola pikir untuk mencapai kesuksesan pribadi semata. Ternyata pandanganku keliru, setelah membaca buku Sekolah Entrepreneur yang ditulis oleh Jamal Ma’mur Asmani. Seorang entrepreneur yang hebat akan berusaha menciptakan para entrepreneur yang handal juga. Semakin banyak entrepreneur yang yang tercipta, langsung maupun tidak langsung akan berperan dalam memajukan perekonomian bangsa. Entrepreneur yang memiliki visi kebangsaan seperti ini yang disebut sebagai social entrepreneurship.Untuk menjadi pengusaha yang berjiwa sosial atau social entrepreneur ini harus memahami permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat dan bangsanya. Nah dengan kemampuan entrepreneurship-nya, mereka akan berusaha melalukan perubahan sosial baik melalui peningkatan kesejahteraan, pendidikan maupun kesehatan. Berbeda dengan business entrepreneur yang memandang kesuksesan terukur dari pendapatan yang dihasilkan, seorang social entrepreneurship memandang bahwa kesuksesan terukur ketika bisa memberi manfaat bagi sesama.
Untuk menjadi pengusaha yang handal diawali dari lingkungan keluarga terlebih dahulu. Keluarga merupakan sumber pertama entrepreneurship. Selanjutnya di sekolah entrepreneur, dia akan banyak dibimbing bagaimana menjadi entrepreneur sejati atau handal. Dan ketika sudah matang, dia harus menerapkan ilmunya di masyarakat sebagai tempat untuk menjalani ujian yang sebenarnya.
Sebagai sumber pertama dari entrepreneurship, keluargalah yang menjadikan seorang anak disiapkan menjadi pengusaha atau tidak. Jangan banyak berharap, anak-anak kita bisa menjadi pengusaha jika kita selalu memanjakan mereka. Menuruti apa yang diinginkan. Menakut-nakuti ketika anak-anak kita gagal. Memuji keberhasilan anak tanpa memahami apakah keberhasilannya melalu proses yang benar atau tidak. Demikian juga, ketika kita menujukkan sofat kemalas-malasan alias tidak produktif, dengan menonton acara-acara TV yang tidak bermutu atau menghabiskan waktu mengobrol (baca : menggosip) dengan tetangga. Jangan harap anak kita akan bermental menjadi seorang entrepreneur yang handal.
Sekolah, sebagai pusat pendidikan entrepreneurship haruslah memberikan ketrampilan hidup (life skill) bagi siswa-siswanya. Perbanyak praktek, kurangi teori. Gunakan berbagai strategi pembelajaran yang melatih siswa mampu berkreasi, membuat inovasi dan berani menanggung resiko. Jangan lupakan ketiga ranah dalam pendidikan, yaitu aspek kognitif, sikap, dan ketrampilan. Ketiga ranah tersebut saling melengkapi satu sama lain untuk menjadikan siswa kita bermental penguasaha yang cerdas, jujur dan terampil.
Terakhir, bagaimana dengan masyarakat. Di sinilah sebenarnya para calon entrepreneur diuji untuk menjadi pengusaha yang handal. Di sinilah sekolah entrepreneur yang sebenarnya. Tekad yang kuat, berani dan selalu optimis meskipun tidak punya modal yang cukup dari segi materi. Ingatlah apa yang diciptakan oleh Tuhan sudah lebih dari cukup agar kita mampu bersaing dengan yang lain. Tidak lagi saatnya, kita mempertahankan gengsi ketika bekerja atau menciptakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan kita. Sama-sama lulusan sarjana, pilih jadi karyawan dengan gaji 5 juta per bulan ataukah menjadi juragan bakso dengan dengan omset puluhan juta per bulan. Buang rasa gengsi, mantapkan jati diri kita. Buktikan pada masyarakat kita mampu bersaing secara sehat sekaligus bisa memberi manfaat. Bagaimana bentuknya? Dengan membagi ilmu yang kita miliki, dengan menciptakan lowongan pekerjaan, dan dengan melakukan kegiatan sosial yang lain.
Demikian postingan mengenai Menjadi Pengusaha melalui Sekolah Entrepreneur, semoga bisa bermanfaat dan memberi inspirasi agar kita mulai tergerak untuk melangkah menjadi pengusaha/entrepreneur sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar