Nyai Dasimah, jujur selama ini saya belum pernah mendengar nama tersebut. Entah saking katroknya saya, atau memang yang punya nama tersebut belum pernah mampir ke rumah saya.
Buka-buka referensi di wikipedia.org didapatkan informasi jika kata Njai Dasima merujuk pada tokoh novel Tjerita Njai Dasima yang ditulis oleh G.Francis pada tahun 1896. Nama ini juga merujuk pada judul film Njai Dasima, adaptasi dari novel yang disutradarai oleh Lie Tek Swie pada tahun 1929. Nama ini juga merujuk pada film Njai Dasimah, adaptasi novel yang disutradarai oleh Bachtiar Effendi.
Pada wikipedia.org juga dijelaskan tentang sebuah film yang dibuat berdasarkan buku yang ditulis oleh G. Francis, terbit pada tahun 1896. Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata seorang istri simpanan bernama Nyai Dasima. Nyai Dasima awalnya seorang gadis dari dess Kuripan yang dijadikan istri simpanan oleh seorang bangsawan Inggris bernama bernama Edward William. Kemudian dia diboyong ke Batavia. Nyai Dasima terkenal dengan kecantikan dan kekayaannya. Sampai akhirnya dia rela menjadi istri Samiun lewat perantara Mak Buyung. Samiun sendiri sudah punya istri yang bernama Hayati. Namun, setelah berhasil menjadikan Dasima sebagai istri mudanya, Samiun malah menyia-nyiakannya.
Dalam buku Nyai Dasimah, yang ditulis kembali oleh S.M. Ardian, banyak sekali penokohan yang dirombak termasuk juga latar belakang tradisi-budaya dan religi yang melingkupi kehidupan tokoh-tokohnya. Nyai Dasimah, sebagai sosok yang menjadi korban kolonial yang ingin mengembalikan jati dirinya sebagai pribumi. Dia datang ke Samiun atas keinginannya sendiri, bukan karena diguna-guna. Dia memang hidup bergelimang harta tetapi dibiarkan dalam kebodohan dan memang kehadirannya sebatas penyalur hasrat seksual kulit putih. Nyai Dasimah berontak, lari dan jatuh dalam pelukan Samiun.
Menjadi istri muda dari Samiun, bukan berarti masalah selesai. Makin habisnya harta karena kelakuan Hayati, istri pertama Samiun dan tragisnya kematiannya akibat sabetan golok Bang Puasa menambah pilu kisah Nyai Dasimah ini. Apapun versinya, baik menurut G. Francis maupun versi S.M. Ardian, kenyataannya Nyai Dasimah telah mati. Entah didalangi oleh Tuan Edward William maupun oleh Samiun sendiri.
Nanar. Kepala berputar. Membayangkan kematian Nyai Dasimah.