- Mengakui kekuasaan Allah, tetapi tidak memenuhi hak-hak-Nya
- Membaca Al-Qur'an setiap hari, tetapi tidak mengamalkan isinya
- Mengaku cinta kepada Rasul, tetapi meninggalkan pola perilaku sunnah-sunnahnya
- Setiap hari membaca t'awudz, berlindung kepada Allah dari setan, tetapi setiap hari memberi makan setan dan mengikuti langkahnya
- Mengatakan ingin masuk surga, tetapi perbuatannya bertentangan dengan keinginan itu
- Takut masuk neraka, tetapi malah mencampakkan diri sendiri ke dalamnya
- Mengakui maut adalah keniscayaan, tetapi tidak bersiap-siap menghadapinya
- Sibuk mencari kesalahan orang lain tetapi tidak bisa melihat kesalahan sendiri
- Menikmati karunia Tuhan tetapi tidak bersyukur
- Sering ikut menguburkan jenazah, tetapi tidak belajar dari peristiwa itu
Membaca ke-10 perkara tersebut, nyata memang diri kita sendiri sebenarnya yang menjadi penghalang. Banyak tindakan kita yang saling bertolak belakang atau tidak konsisten. Selama masih menyisakan kemunafikan atau jarkoni tidaklah bisa berharap doa atau keinginan kita akan dipenuhi oleh Allah.
Hal ini bisa menjadi instropeksi diri. Seringkali kita juga sering mendengar nasihat ketika sebuah keinginan/atau harapan tak terpenuni itu adalah hal yang terbaik buat kita. Saya kira hal ini benar adanya.
Misalnya kita diberikan kenikmatan harta yang berlimpah, jabatan/karier bagus tetapi tidak pernah bersyukur. Kira-kira apa yang terjadi? Kita akan menjadi lupa diri dan semakin jauh dari Sang Pencipta.
Contoh lagi ketika kita sibuk mencari kesalahan orang lain. Apakah yang akan terjadi? Hidup kita akan jauh dari bahagia. Selalui mencaci. Meremehkan. Reaktif. Berkembang berbagai penyakit hati seperti kebencian, kedengkian dan sejenisnya yang memicu berbagai penyakit seperti darah tinggi.
Mungkin itulah seapes-apesnya manusia. Doanya tak terjawab. Bahkan mendapatkan berbagai cobaan yang bertubi-tubi.
Sumber gambar :
https://muslimobsession.com/mengapa-mengangkat-tangan-saat-berdoa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar