Mungkinkah menjadi penulis instan?
Sebuah fenomena ketika gerakan literasi yang dicanangkan oleh pemerintah tumbuh menjamur. Di mana-mana muncul berbagai kegiatan penulisan dari yang berbayar sampai yang gratis sekalipun. Tulisan tayang di tabloid maupun surat kabar menjadi hal biasa. Bukan lagi tulisan dari para pakar atau penulis-penulis artikel gaek tetapi dipenuhi oleh penulis-penulis pemula.
Buku-buku yang terbit pun tidak lagi ditulis oleh mereka yang dikenal sebagai penulis-penulis besar. Seorang penulis pemula pun dengan mudah menerbitkan karyanya dalam bentuk buku ber ISBN secara indie. Semudah itukah? Entah karena saya sendiri pun belum tentu setahun bisa menerbitkan buku. Kalah dengan teman-teman yang bisa menerbitkan buku dalam hitungan hari atau bulan.
Dilihat dari sisi teknologi. Menulis memang bisa dilakukan secara cepat. Promosi buku pun bisa dilakukan secara instan baik melalui media sosial/komunitas maupun dengan menggelar launching yang dibiayai secara mandiri. Teknologi, jaringan dan finansial menjadi salah satu pemercepat merabaknya penulisan-penulisan ini.
Meskipun demikian, mungkinkah bisa menjadi penulis instan saya kira bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab.
Beda lagi kalau pertanyaannya, mungkinkah menerbitkan buku dengan instan ataukah mungkinkah suatu artikel bisa dimuat secara instan. Kalau pertanyaan ini sih sangat mudah dijawab. Gampang. Bisa sekali. Gak usah pakai ukuran hari. Langsung saja bisa. Terus lewat mana?
Banyak cara. Cara yang konvensional (maaf dengan istilah ini ya?). Cetakkan buku secara konvensional. Bawa ke penerbit lokal...minta dibuatkan cover..edit ala kadarnya dan terbitkan. Demikian juga jika artikelnya ingin cepat dimuat. Ikuti pelatihan (biasanya berbayar). Sampai rumah memaksakan diri menulis kemudian kirimkan ke tabloid/surat kabar yang menjadi mitra pelatihan itu. Maaf ya...saya hanya kira-kira saja.
Karena ada cara yang lebih cepat jan ne dari itu. Yaitu menulis di website atau blog sendiri. Gak usah pakai lama. Pa lagi blog sendiri...dijamin langsung dimuat.
Sekali lagi ini hanya masalah teknologi, jaringan dan dukungan finansial.
Menulis kalau saya yakini tetaplah sebagai passion. Menulis adalah sebuah kebutuhan yang harus dilakukan. Baca dan tulis merupakan satu paket. Tiada hari tanpa melakukan itu. Ada beberapa orang memiliki keinginan menulis karena berada di pergaulan penulis (gampangnya komunitas penulis). Ada yang berkeinginan menulis buku karena baru saja mengikuti pelatihan menulis dengan penulis terkenal. Ada juga yang ingin menulis karena tuntutan naik jabatan (angka kredit bagi guru).
Ada juga yang menulis karena butuh uang. Memang hidupnya dari menulis di berbagai media. Berharap tulisannya dimuat. Dapat honor untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
Ada juga yang menulis karena ingin lebih dikenal, meskipun mungkin dia sudah sangat dikenal karena sebagai pejabat, pengusaha, maupun terkenal karena profesi lainnya.
Menulis karena pergaulan, pelatihan, kebutuhan ekonomi, hasrat dikenal ataupun seambreg alasan lain menurut hemat saya tidak akan menjadikan mereka bisa menjadi penulis yang handal. Menerbitkan buku oke. Artikel tayang di berbagai tabloid/surat kabar oke. Cerpen nangkring di berbagai surat kabar juga oke.
Itu tidak lah cukup.
Tidak ada jalan instan untuk mencapai kesuksesan. Ada kadabra langsung jadi penulis terkenal. Tidaklah mungkin bagi orang (awam) seperti kita.
Menulis is passion.
Teman-temannya berhenti menulis dia terus saja menulis. Sudah tidak mengikuti proyek menulis buku keroyokan dia juga tetap menulis. Sudah tidak mengikuti berbagai pelatihan dia juga menulis. Sudah tidak mengikuti berbagai kompetisi menulis dia juga menulis.
Ketika menulis sudah mendarah daging (membaca juga tentunya) itulah awal untuk untuk menjadi penulis sesungguhnya.
Memiliki puluhan sertifikat kepenulisan....puluhan buku-buku yang diterbitkan secara indie....puluhan artikel tayang dari hasil pelatihan hanyalah sebagai modal awal agar bisa menjadi penulis yang terkenal/handal.
Proses masih sangat panjang. Dukungan teknologi, jaringan, dan finansial memang bisa mempercepat suatu karya langsung tercipta saat itu. Janganlah dimaknai sebagai hasil. Sebuah buku..sebuah kegiatan launching adalah bagian dari proses. Ketika hal ini dianggap sebagai hasil lupakan untuk bisa menjadi penulis yang handal/terkenal.
Terus belajar dengan berbagai cara...entah melalui gerakan menulis melalui komunitas yang hingar bingar atau menulis dalam kesendirian. Setiap orang memiliki cara berbeda.
Apapun itu menulis haruslah dorongan dari dalam hati. Sebuah kebutuhan atau keharusan untuk terus menulis (dan membaca tentunya).
Writing is passion.
Sumber gambar : https://mediatracks.com/resources/need-know-script-writing/
MENGAPA KURIKULUM BERUBAH?
-
Perkembangan zaman memberikan pengalaman yang beragam pada pembelajaran.
Tentu, memberikan pengalaman yang berbeda kepada murid dalam belajar sesuai
deng...
19 jam yang lalu