Antara Google Map dan Insting : Menuju Sekolah Di Atas Awan
Setidaknya ada 3 jalur yang bisa ditempuh ketika hendak melakukan perjalanan ke SMP N 2 Karangjambu dari kota Purbalingga. Pertama adalah dari kota Purbalingga - Bobotsari - Karangreja - Karangjambu (lewat desa Sanguwatang). Kedua dari kota Purbalingga - Kaligondang - Pengadegan - Jembatan Merah - Karangmoncol (Tunjungmuli, Kramat, Sirau) - Karangjambu. Ketiga dari kota ke arah utara sampai Pemalang (Pertigaan Pasar Belik) - Jalan Raya Belik-Watukumpul - Badak - Tambi - Danasari (Karangjambu).
Gambar 1. 3 Jalur dari Wirasana Purbalingga - Danasari Karangjambu |
Untuk sementara abaikan jalur yang lewat Pemalang pada gambar di atas, karena lebih jauh lagi jika lewat situ. Yang ditempuh adalah Pertigaan Pasar Belik ke kanan seperti gambar berikut.
Gambar 2 |
Perhatikan gambar 2. Dari Pasar Belik ke kanan kemudian terus menelusuri jalan Belik - Watukumpul di perjalanan ada pertigaan ke ambil kanan, ketemu desa Badak (kalau ndak salah nama desa), kemudian sampai Tambi dan akhirnya sampai di SMP N 2 Karangjambu yang terletak desa Danasari. Tetapi perjalanan tadi pagi tidak demikian jalurnya, karena tanggung saat di pertigaan tidak belok kanan tetapi lurus terus hingga akhirnya sampai di Watukumpul. Terlihat di sana ada SMP N 1 Watukumpul kemudian pasar Watukumpul. Sebenarnya pertigaan yang tadi terlihat, tetapi antara tidak yakin serta ada rasa penasaran untuk terus berada dalam jalur Belik - Watukumpul. Tetapi rasa penasaran tersebut akhirnya berubah menjadi keraguan karena tidak juga menemukan pertigaan ke kanan yang harapannya akan menuju SMP N 2 Karangjambu.
Jalan yang ditempuh lama-lama tidak bagus lagi aspalnya di beberapa tempat dan akhirnya berhenti akhirnya membuka google maps. Memang sudah beberapa kali melakukan perjalanan tidak ingin menggantungkan diri pada google maps, yang berdampak seperti ini. Kebablasan. Menggantungkan diri antara insting atau feeling atau apapun istilahnya yang penting melaju dan kira-kira.
Saat melihat google maps di HP, saya yakin bahwa jalur yang kutempuh pun akan sampai ke sana. Terbukti beberapa kali melihat google maps, jarak lokasi yang dituju makin mendekat. Meskipun tadi agak bablas lagi sekitar 1 km akhirnya balik ketika di Watukumpulnya, akhirnya sampai di pertigaan Pakuncen. Di maps terbaca 4,1 km. Wow makin dekat. Tidak jadi nyasar deh. Akhirnya ambil arah jalan Pakuncen kemudian menyusuri jalan Pringamba. Sekali-kali maps saya lihat, dan memang makin dekat.
Jalan Pringamba yang dilewati cukup halus meskipun sempit, dan kebetulan juga ada anak muda dengan naik motor matic berada di depan. Agak ngeri juga, karena khas jalan di desa sangat sepi karena kanan kiri dipenuhi perkebunan/tebing/jurang. Ternyata pada jalan tanjakan aspalnya ambrol, dan anak muda tersebut akhirnya turun dari motornya karena bannya selip terus sehingga tidak bisa naik. Sengaja saya menunggu di bawah biar bergantian naiknya. Walhasil motor matic itu akhirnya dituntun dan akhirnya anak muda tersebut tidak kelihatan karena sudah naik serta ada belokan kurasa.
Naluri atau insting atau feeling atau keraguan atau apapun istilahnya membuatku termangu-mangu. Apakah melewati jalur itu sesuai arahan google maps atau putar arah yang jelas puluhan kilometer, sedangkan kalau naik kemungkinan tinggal sekitar 2 km an. Kurasa. Entah karena trauma melewati jalan rusak yang berakhir dengan jatuh atau kekhawatiran lain akhirnya kuputuskan puter balik.
Di perjalanan, saya bertemu dengan orang tua yang sedang berjalan kaki berlawanan arah. Dan bukannya minta penjelasan, misalnya seberapa rusak jalan di atas tetapi malah saya malah bilang "jalan di atas rusak ya Pak?". Terang saja, beliau menjawab "Iya". Harusnya aku minta keterangan detil mengenai kerusakan jalan itu bukannya membuat pertanyaan yang tak perlu dijawab bahkan lebih cenderung untuk menguatkan diri sendiri untuk berputar arah. Memang begini ya, ketika merasa "agak takut". Tak bisa berpikir jernih.
Sepanjang perjalanan, google maps terus saja memberikan saran untuk belok kiri terus belok kiri atau belok kanan terus putar balik. Entah berapa kali saran-saran itu memekik di telingaku yang tersambung dengan headset eh earphone ding. Sekitar 7,2 km (versi maps ya) aku berbalik arah terhitung dari jalan masuk Pakuncen. Dan akhirnya sampailah ke pertigaan yang dimaksud untuk menuju desa Tambi. Dan menambah lagi jarak 11, 2 km. Sehingga total 19, 4 km. Bandingkan jika tidak putar arah. Hanya 4,1 km.
Tetapi sebenarnya tidak ada penyesalan ketika harus berputar arah. Karena memang sedang tidak menguji keberanian untuk mengambil resiko melewati jalan rusak. Toh selama ini biasa bertemu jalan rusak ketika menuju SMP N 2 Karangjambu atau sekolah yang terletak di atas awan (entah dapat istilah dari mana). Foto sekolah yang di atas, saya ambil sekitar jam 10.30 WIB pada 2 hari yang lalu (25/2). Saat pulang dua hari lalu, di antara gerimis jarak pandang 5 - 10 meter. Wah..hati-hati apalagi jika lewat jalan yang sempit, berkelok, naik/turun dan rusak lagi.
Akhirnya perjalanan yang biasa ditempuh dalam waktu 1,5 jam dari berbagai jalur yang pernah ditempuh, hari ini hampir menempuh waktu 3 jam. Sekali lagi tidak ada penyesalannya mengabaikan google maps dan mendasarkan diri pada insting atau perasaan belaka. Atau sebaliknya pasrah pada google maps dan mengabaikan insting. Itu biasa terjadi. Setelah sampai di sekolah, bertemu dengan komite sekolah. Dan komentarnya, "Sebenarnya, njenengan sudah ada di bawah sana tadi". Saya pun cukup nyengir saja...hahahaha.
Yang penting nikmati semua perjalanan yang ditempuh. Tetap hati-hati. Atur kecepatan saat jalan turun/naik + belok. Jangan sampai ban motor selip atau kehilangan kontrol. Persiapkan jas hujan, baiknya double antara jas hujan celana + jas hujan batman. Selain untuk menyelamatkan tas yang tidak bisa masuk ketika pakai jas hujan (meski pernah juga beli versi jumbo), lebih nyaman double jas hujan batman..terasa lebih hangat.
Selamat pagi, selamat beraktivitas untuk kita semua. Sehat-sehat.
Pakuncen - Pringamba |
Jalan Danasari - Karangjambu |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar