Asyiknya Bersepeda Ke Karangjengkol Kutasari : Antara Hujan dan Menuntun
Setiap orang memiliki pengalaman dalam bersepeda. Pada postingan ini, saya akan bercerita mengenai pengalaman bersepeda ke desa Karangjengkol, tepatnya ke SMP N 3 Kutasari Purbalingga. Sebuah sekolah yang memberikan banyak pengalaman saat bertugas di sana. Memang, baru kali ini saya bersepeda lumayan jauh, sekitar 13 km dengan jalanan yang menanjak. Sedangkan pulangnya tinggal turunnya. Total sekitar 26 km bersepeda hari ini. Jarak yang ditempuh ini menjadi rekor baru. Karena jarak yang ditempuh rata-rata sekitar 10 - 13 km setiap kali bersepeda.
Bersepeda merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi yang menikmatinya. Bersepeda bisa jadi menjadi kegiatan yang membebani ketika dilakukan dengan keterpakasaan. Meskipun kuakui awalnya sangat berat untuk memulai bersepeda. Di awal pandemi ini, memang sudah mulai memaksa untuk berolahraga kecil seperti lari pagi dan akhirnya berakhir dengan jalan kaki. Karena memang rasanya jantungnya tidak kuat saat berlari. Dan ternyata memang hal ini kualami saat awal-awal memulai bersepeda apalagi saat berada pada jalan yang menanjak.
Setelah beberapa kali mencoba akhirnya mulai bisa santai dalam mengatur napas sehingga menjadi tidak cepat lelah saat bersepeda. Jantung yang biasanya terasa sakit saat memaksa untuk mengayuh, sekarang terasa lebih kuat daya tahan jantung. Tidak mudah lelah, tidak panik saat melewati tanjakan, dan tentunya bersepeda menjadi kegiatan yang menyenangkan.
Sekitar jam 7 pagi, aku keluar dari Perumahan Wirasana, ke arah selatan kemudian di perempatan Asrikin atau perempatan sebelah selatan MI Sambas. Trus kukayuhkan sepedaku ke arah barat sampai di perempatan lampu merah dan akhirnya terus ke barat. Jalanan terus menanjak meskipun tidak terlalu tinggi dan tentunya tak akan terasa kalau naiknya motor. Memasuki Karanglewas jalan terasa tanjakannya tetapi tidak terlalu jauh. Setelah SMP N 2 Kutasari jalanan terasa naik memasuki Walik.
Nafasnya sebenarnya dah mulai tersengal-sengal sehingga berhenti beberapa saat untuk menenangkan diri sekaligus mengatur napas. Dan memang trik ini cukup efektif agar energi tetap prima serta kembalu mengurangi rasa pegal atau tidak nyaman khususnya pada bagian kaki. Setelah Walik terlewati tak terasa akhirnya sampai di Pasar Kutasari. Dan saat itu berhenti sejenak, apakah melanjutkan perjalanan atau kembali.
Untuk menguatkan diri akhirnya saya berhenti..selfi..serta membuat status "Menjadi Climber atau Champer adalah Pilihan". Ya..dengan status itu beberapa teman langsung komen. Dan saya menanggapi dengan penuh semangat. Karena memang dalam upaya untuk menguatkan diri agar terus mengayuh sepeda lebih jauh lagi.
Menjadi Climber bisa diartikan untuk terus menerus mendaki sampai tujuannya tercapai. Sedangkan menjadi Champer bisa diartikan berhenti untuk berkemah karena menemukan tempat yang enak. Kemudian karena saking nyamannya, akhirnya berhenti dan tidak pernah naik sampai puncak. Demikian juga yang saat ini kualami apakah mampir di warung atau mampir di rumah teman. Ketika itu dilakukan sangat mungkin aku pun tak melanjutkan perjalanan. Bukan karena badan sudah segar tetapi karena malas untuk melanjutkan perjalanan.
Akhirnya kulanjutkan kembali perjalanan, sampai Balai Desa Meri..SMA N 1 Kutasari...SMK N 1 Kutasari dan akhirnya berlanjut sampai Pasar Tobong. Berhenti sebentar untuk menentukan pilihan apakah lewat jalan alternatif atau jalan biasa.
Kemudian kuputuskan lewat jalan raya biasa hingga memasuki Karangcegak jalanan naik. Berhenti sebentar di depan rumah sekitar pertigaan sebelum Balai Desa Karangcegak. Nah pada saat ancang-ancang naik, saya mendapatkan pengalaman yang berharga untuk menjadi pelajaran jika bersepeda di lain waktu. Saat awal mengayuh dengan kuat kakiku terpeleset hingga sepedanya roboh. Jangan ditanya malu atau tidak. Hati-hati ketika berhenti di jalan yang menanjak dan berhenti di rumah kosong. Sebenarnya bukan masalah rumah kosongnya, tetapi lantainya yang dari semen yang kebetulan sampai mepet jalan raya sangat licin karena lumut. Sehingga membuat sandal/sepatu terpeleset saat kayuhan pertama. Jadi, lebih baik kaki tetap berada di atas aspal.
Perjalanan kulanjutkan kembali. Sampai SD N 2 Karangcegak dan terus naik memasuki desa Candinata. Gerimis ternyata. Dan ban sepedaku gembes atau bocor di SD N 1 Candinata. Aku berbalik arah dan "ngiyub" atau berteduh di emperan warung. Berpikir untuk turun lagi karena tadi melihat ada bengkel motor. Sementara itu, aku tanya sama teman, lokasi bengkel sepeda dekat situ.
Kudorong sepedaku dalam jalan yang kondisinya menanjak. Lumayan juga. Akhirnya kutemukan bengkel sepeda setelah Balai Desa Candinata. Sambil berteduh, saya menunggu sepedanya ditambal. Hujan cukup deras saat itu. Dan ada yang menarik terlihat ada anak-anak kecil berpayungan..entah dari sekolah atau berangkat mengaji atau belajar kelompok atau apapun.
Setelah hujan agak reda dan sepeda dah selesai ditambal, kulanjutkan lagi perjalanan. Jalanan terus menanjak lebih tajam dari pada yang sudah kulalui. Memasuki perbatasan desa Karangjengkol, aku masih bertahan. Akhirnya dengan posisi gigi yang paling bawah paling hanya 100 - 300 meter aku berhenti. Istirahat. Kucoba lagi. Sama sekitar jarak segitu berhenti. Akhirnya aku beli minum, yang memang botol minumku dah nyaris habis. Setelah minum, sepedanya saya tuntun sampai atas tepatnya sampai SD N 1 Karangjengkol. Di jalan agak mendatar baru kunaiki kembali sampai akhirnya sampai ke SMP N 3 Kutasari yang berlokasi di desa Karangjengkol, Kutasari, Purbalingga.
Sampai sekolah, mantel kulepas, dan ngobrol dengan teman-teman di sana. Beristirahat. Ternyata untuk mencapai jarak 13 km membutuhkan waktu hampir 3 jam. Kendala sepeda bocor serta hujan serta menuntun sepedanya baik karena sepedanya bocor dan juga karena tanjakan yang tinggi serta lintasan yang lumayan panjang.
Kurang lebih 1 jam istirahat di sekolah akhirnya aku kembali pulang. Pastinya jalananan menurun turun dan sepeda melaju dengan kecepatan tinggi. Rem depan belakang ditarik secara seimbang dan pelan-pelan...sedikit-sedikit..sebentar-bentar..agar laju sepeda agak berkurang tapi jangan sampai selip/terpeleset.
Dalam bersepeda, keselamatan dan kenyamanan pun harus tetap dijaga, di antaranya :
- saat jalan menanjak, pindahkan gigi pada posisi rendah. Hati-hati saat berhenti, jangan sampai sepeda "ndlosor" atau terpeleset kakinya karena menginjak sisi tanah yang licin.
- saat turun ternyata juga berbahaya, manakala sepeda turun dengan sangat cepat. Jangan sampai kehilangan kendali. Gunakan rem depan belakang secara seimbang
- saat di lampu merah, tetap hati-hati ketika menyeberang ketika lampu belum hijau. Bisa jadi saat kita mendahului masih ada pengendara lain dari arah yang berbeda menerabak lampu merah, terutama yang berada pada posisi lampu hijau terakhir. Lampu lalu lintas itu urut nyala hijaunya baik untuk pertigaan dan perempatan. Sehingga kita bisa memperkirakan kapan mendapat urutan itu. Tetapi menjadi berbahaya jika dari arah yang berbeda ada yang menabrak lampu merah itu
- Bawalah perlengkapan buat sepeda seperti mantel, tempat minum, tempat hape dan lainnya. Hari ini beruntung dalam kondisi hujan dan nuntun karena bocor membawa mantel dan juga cukup uang untuk antisipasi hal tak terduga.
Demikian catatan perjalanan bersepeda hari ini. Semoga bisa menjadi pengalaman yang berharga khususnya buat diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar