Pendampingan Individu 4 Hari ke-6 Guru Penggerak di SMA N 1 Bantarsari Cilacap
Pendampingan hari terakhir ini berlokasi di SMA Negeri 1 Bantarsari, yang letaknya memang masuk dari jalan raya. Baru bulan lalu ada papan tulisan SMA Negeri 1 Bantarsari (seperti gambar di atas) di belokan tepat setelah jembatan. Sebuah belokan sempit yang kalau tidak terbiasa akan terlewatkan karena gak terlalu jelas jika itu sebuah akses jalan utama menuju sekolah. Saat belok untuk berhati-hati karena jalan cenderung sempit serta agak rusak. Dan semakin bertambah sempit kesannya karena berada di bawah rel kereta api.
Setelah itu akan masuk ke perkampungan penduduk dan akhirnya sampai di jalan pinggir irigasi untuk menuju sekolah. Sampai 3x kali ke sana belum menemukan alternatif jalan lain. Kemarin mencoba jalanan berbeda saat pulang tapi akhirnya kembali lagi karena tidak yakin akan sampai tujuan dengan lancar, karena jalannya yang belum rata, dan jelasnya karena gak menguasai daerah situ.
Sampai di SMA N 1 Bantarsari, saya bertemu dengan Pak Ibnu Affan selaku CGP dan Pak Mardiyono, selaku kepala sekolah yang sangat terbuka dan bersahabat. Hal ini sesuai dengan latar belakang beliau sebagai pegiat Pramuka dan Pecinta Alam (PA). Dan salah satu prestasi terbaru dari SMA N 1 Bantarsari adalah melajunya sekolah ini dalam Lomba Gudep Mantap menuju Kwarda Jawa Tengah.
Selanjutnya pendamping dilakukan didampingi Bu Endah Wahyu Setyorini, teman sejawat Pak Ibnu yang juga berbarengan mapel serta CPNS-nya. Terkait dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional, pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Ibnu berjalan dengan runtut. Siswa diberikan keleluasan untu menentkan cara belajar yang diminati serta pengerjaan tugasnya pun disesuaikan dengan kemampuan dan minat masing-masing. Dan memang kendala pembelajaran online yang dilakukan sinkron ini masih berkutat pada hal teknis. Dan kendala ini bisa diatasi dengan tetap memberikan ringkasan materi dan tugas pada grup kelas.
Dalam praktik coaching yang dilakukan, Bu Endah mengambil permasalahan mengenai pelaksanaan dari WFH dan WFO yang dirasa tumpang tindih. Karena saat WFH pun, pelayanan ke siswa harus dilakukan sewaktu-waktu. Dan hal ini berefek pada tidak seimbangnya antara kepentingan terkait dengan tugas sebagai guru dan sebagai ibu rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan termasuk sampai berprinsip "tundalah yang bisa ditunda" artinya tidak semua pekerjaan harus diselesaikan saat itu juga. Memang bawaan beliau yang tidak berhenti bekerja sebelum tuntas meski berefek pada kepentingan keluarga yang dikalahkan.
Kendala lain, karena memang siswa-siswa banyak yang mengerjakan tugas atau berkomunikasi pada jam-jam saat istirahat atau waktu keluarga. Bagaimana dengan hasil coaching yang dilakukan, apakah Bu Endah selaku coachee mampu mengatasi permasalahannya. Tentunya kita akan menunggu prosesnya pada coaching berikutnya.
Untuk selanjutnya, Pak Ibnu perlu melakukan lagi coaching dengan teman sejawat serta siswa-siswanya. Demkian juga dengan Bu Endah mulai mempraktikkan coaching juga pada yang lain. Harapannya, siswa-siswa SMA N 1 Bantarsari akan semakin memerdekakan dirinya melalui teknik coaching ini.
Salam guru penggerak.
Salam merdeka belajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar