PI-5 Guru Penggerak SMA N 1 Patimuan Cilacap
Pagi ini, hari kamis (3/6) sekitar jam 08.30 saya meninggalkan Hotel Paradise Sidareja menuju SMA N 1 Patimuan Cilacap yang berjarak sekitar 18 km. Nampaknya saya tidak bisa menepati janji agar sampai sana pukul 09.00. Benar khan? Sampai sana pukul 09.11 WIB versi jam di HP saya sendiri.
Di sana saya bertemu dengan Ibu Tunggu Biyarti, M.Pd selaku kepala sekolah yang sangat mendukung sepenuhnya program guru penggerak. Pengalaman beliau yang pernah mengikuti program sister school sangat berarti dalam kiprahnya mengelola sekolah ini agar terus maju. Bersama-sama dengan Pak Laksono Tri Pambudi atau Mas Pam, kita bertiga seringkali mendiskusikan berbagai hal terkait pendidikan khususnya implementasi kegiatan guru penggerak ini. Demikian juga di hari ini, di sela-sela kesibukan memantau pelaksanaan Kompetisi Sains Nasional (KSN) tahun 2021, Bu Tunggu pun masih menyempatkan diri untuk menyapa serta bincang-bincang berbagai tema.
Pendampingan individu kali ini dilakukan di salah satu spot favorit sekolah, yang kebetulan tidak ada siswa yang ada di sana. Kondisi pandemi mengubah banyak hal bukan hanya soal mindset tapi juga menyisakan banyak PR seperti kebersihan lingkungan sekolah serta banyaknya sarana prasarana yang tidak terpakai seperti yang menjadi tempat pendampingan ini. Nampak juga beberapa siswa yang ke sekolah bermain bola basket, setahu saya 3 siswa yang rutin. Ada seorang siswa yang sedang duduk di gazebo, ada beberapa yang sedang berjalan-jalan. Tetapi memang kondisinya terlalu sepi. Tapi memang ruang kelas tetap terjaga kebersihannya. Sangat bersih untuk ukuran kelas yang tidak ditempati.
Kami berdiskusi mengenai berbagai aset yang dimiliki SMA N 1 Patimuan, dengan mendasarkan diri pada 7 aset utama seperti yang dikemukakan oleh Green dan Haines (2002) dalam Asset Building and community development. Ke-7 aset atau modal utama ini meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik serta modal agama dan budaya.
Pemetaan aset atau modal ini memang sebagai langkah awal untuk mengoptimalkan potensi sekolah dengan menggunakan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking). Dengan menggunakan pendekatan ini, kita lebih fokus untuk menemukan dan mengenali berbagai hal positif yang akan menjadi kekuatan dalam pengambian keputusan selanjutnya. Berbeda dengan pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) yang fokus pada masalah/kekurangan/gangguan/kelemahan/kegagalan yang cenderung bertanya apa yang kurang ketimbang apa yang bisa dilakukan atau atau apa keberhasilan yang pernah dicapai serta punya kekuatan apa saja.
Berdiskusi mengenai pemetaan aset, perencanaan program dan lain-lain |
Salah satu tempat favorit siswa |
Berada di antara taman antar kelas yang menambah suasana yang eksotik |
Spot foto di ruang BK (ruang pusat komunitas) |
Filosofi Kenshin Himura - Kuat tak harus bertarung, pedang bukan untuk membunuh |
Salam Guru Penggerak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar