Guru Penggerak Vs Guru Bukan Penggerak
Ada pertanyaan menarik pada saat sosialisasi pendidikan guru penggerak angkatan 6, yaitu apakah di luar guru penggerak ada namanya guru penggerak. Mendapatkan pertanyaan tersebut, saya teringat dengan sebuah status seorang guru di medsos yang pada intinya menyatakan bahwa meski tidak mengikuti kegiatan guru penggerak tetapi dia telah terbiasa menggerakkan guru yang lain.
Pertanyaan tersebut menjadi menarik, karena seolah-olah ada 2 jenis guru yaitu guru penggerak dan guru bukan penggerak. Adanya dikotomi ini menurut saya bukan indikasi yang baik, apalagi terjebak dengan istilah guru penggerak versi PGP. Sangat mungkin akan menyebabkan adanya "kebanggaan" yang berlebihan pada guru penggerak versi PGP serta "kenyinyiran" dari "guru penggerak" yang tidak terlibat dalam kegiatan PGP.
Menurut penulis, guru penggerak itu tidak bisa dibatasi oleh sekat program apapun, termasuk Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Guru penggerak itu ada pada tiap-tiap sekolah. Guru penggerak itu memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, selalu belajar, serta menginspirasi siswa, rekan guru lain serta sekolahnya untuk melakukan banyak hal di luar batas-batas kewajiban.
Guru penggerak adalah guru yang dinamis. Guru yang selalu ditunggu kehadirannya. Guru yang selalu memberikan aura yang positif. Guru yang selalu sadar akan tugas dan kewajibannya serta bertindak dengan motivasi intrinsik yang begitu terpatri dalam jiwa. Guru ini akan sangat peka melihat permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswanya. Guru ini tidak pernah tinggal diam dengan kondisi pembelajaran yang monoton. Guru ini terus mencari berbagai strategi agar pembelajaran menggairahkan. Guru ini terus bergerak tiada henti.
Guru penggerak ini selalu membuat sejarah. Sejarah ini bersifat progresif, bukan regresif. Guru ini selalu membuat perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik. Seperti yang dikatakan Iqbal, bahwa adanya kebertujuan alam semesta ciptaan Tuhan. Manusia ditakdirkan untuk terus bergerak menempuh tahap demi tahap kehidupannya. Setiap saat selalu ada penambahan yang baru. Bukan mengulangi sejarah yang sama setiap hari.
Sehingga, penulis meyakini perlunya definisi ulang mengenai pengalaman kerja seseorang. Apakah benar-benar 10 tahun sejak dia diberi kewenangan sebuah pekerjaan ataukah hanyalah pengalaman 1 tahun yang diulang-ulang sebanyak 10 kali. Atau bahkan dalam 1 tahun itu pun hanya pengalaman 1 bulan yang diulang setiap minggunya, bahkan setiap minggunya hanyalah pengalaman 1 hari yang diulangi selama 7 hari begitu seterusnya hingga genap 10 tahun dan akan terulang kembali. Guru penggerak bukan tipe seperti itu. Guru penggerak selalu memiliki hal yang baru baik dalam ide maupun tindakannya.
Guru penggerak ini selalu melihat siswa dengan persepsi yang berbeda setiap hari. Guru penggerak itu tidak merasa bosan melihat siswa yang secara fisik memang sama. Guru penggerak ini mampu melihat perbedaan yang tak kasat mata pada siswanya. Guru penggerak ini mampu memahami suasana batin siswanya, sehingga saat mengajar cenderung mudah diterima oleh siswa. Guru penggerak ini menganggap bahwa siswanya lah yang menganggap dirinya sebagai guru bukan sebatas karena SK dari sekolah atau negara.
Dan tentunya, masih banyak definisi lain mengenai guru penggerak. Dan yang tidak melakukan tersebut tidak otomatis masuk dalam kategori "guru bukan penggerak" karena memang masih banyak definisi dan ciri-ciri guru yang dianggap sebagai guru penggerak.
Jadi, menurut penulis tidak ada dikotomi antara guru penggerak dan guru bukan penggerak. Guru yang ikut bergabung dan lolos dalam PGP atau merdeka belajar ini belum tentu menjadi memiliki jiwa penggerak jika dalam prosesnya diawali dengan niat yang tidak tulus. Sekedar mengikuti program demi sertifikat atau target lain tetapi berhenti manakala program itu selesai. Guru yang menjadi penggerak ini akan melakukan aksi nyata sungguh-sungguh bukan sekedar mengejar formalitas atau tuntutan tugas semata.
Guru yang masuk program guru penggerak memang beruntung karena mereka mendapat "pengakuan" yang lebih, "bersertifikat" dan juga mendapatkan berbagai ilmu/pengetahuan/pengalaman secara lebih cepat dan sistematis sebagai bekal untuk menjadikan dirinya sebagai katalis pendidikan. Tetapi, jangan lupa bahwa secara moral, para guru penggerak ini mau selalu berbagai pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pada rekan sejawat lain yang belum memiliki kesempatan mengikuti program guru penggerak ini.
Sedangkan, guru-guru yang tidak mengikuti PGP ini mungkin karena tidak lolos atau tidak mau mengikuti pendidikan tersebut, untuk terus belajar dan membuat perubahan-perubahan di ruang kelas/sekolahnya tanpa merasa "tersisihkan" atau "meninggikan diri". Meninggikan diri karena menganggap bisa menjadi "guru penggerak" yang alamiah juga bukan hal baik. Karena banyak hal yang bisa didapatkan ketika mau membuka diri terhadap hal lain meskipun bukan sesuatu yang disukainya.
Jadi, marilah para "guru penggerak" atau guru "berjiwa penggerak" terus berkontribusi dan saling bersinergi. Ketika tidak ada titik temu atau tidak bisa saling menang-menang, selalu ada alternatif ke-3 menurut Stephen R. Covey.
Salam penggerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar