Kompetensi Global dalam Deep Learning
"Deep learning is the process of acquiring these six global
competencies: character, citizenship, collaboration, communication,
creativity, and critical thinking. These competencies encompass compassion, empathy, socio-emotional learning, entrepreneurialism, and related skills required for high functioning in a complex universe."
- Deep Learning: Engage the WorldChange the World -
Kalau diperhatikan, 6 kompetensi global memiliki kemiripan dengan profil pelajar Pancasila maupun 8 profil kelulusan. Tentunya, tidak perlu sama persis sesuai dengan karakteristik bangsa kita seperti adanya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa atau beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Citizenship (kewarganegaan) yang setara dengan kebhinekaan global maupun kewargaaan meskipun ketiganya juga memiliki arti yang berbeda.
Tapi secara esensial, ketiganya menurut saya dapat dikatakan sama. Sehingga bicara kurikulum merdeka tentunya juga merupakan pembelajaran yang mendalam.
Belajar untuk belajar Ketabahan, keuletan, kegigihan, dan ketangguhan Mengatur diri sendiri, bertanggung jawab, dan integritas
Hal yang perlu diperhatikan adalah antara penguasaan materi pembelajaran yang banyak menyita sumber daya dalam prosesnya, tidak akan melupakan tujuan akhir yakni 6 kompetensi global tersebut.
![]() |
Profil pelajar Pancasila, kompetensi global, dan profil kelulusan |
Berikut ini akan dijabarkan 6 kompetensi global menurut Fullan dengan merujuk pada buku Deep Learning: Engage the World Change the World.
1. Karakter
2. Kewarganegaraan
- Berpikir seperti warga global
- Mempertimbangkan isu-isu global berdasarkan pemahaman yang mendalam mengenai berbagai nilai dan pandangan dunia
- Ketertarikan yang tulus dan kemampuan menyelesaikan permasalahan dunia yang ambigu dan kompleks yang mempengaruhi keberlanjutan manusia dan lingkungan
- Belas kasih, empati, dan perhatian terhadap orang lain
3. Kolaborasi
- Bekerja secara kesalingketergantungan dan sinergi dalam
- Keterampilan interpersonal dan keterampilan terkait dengan tim
- Keterampilan sosial, emosional, dan antarbudaya
- Mengelola dinamika tim dan tantangannya
- Belajar dari dan berkontribusi terhadap pembelajaran orang lain
4. Komunikasi
- Berkomunikasi secara efektif dengan berbagai gaya, mode, dan alat termasuk digital
- Komunikasi yang didesain untuk audiens yang berbeda
- Refleksi dan menggunakan proses pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi
5. Kreativitas
- Memiliki pandangan kewirausahaan terhadap peluang ekoniomi dan sosial
- Mengajukan pertanyaan penyelidikan yang tepat
- Mempertimbangkan dan mengejar ide-ide serta solusi-solusi baru
- Kepemimpinan untuk mengubah ide menjadi tindakan
6. Berpikir Kritis
- Mengevaluasi informasi dan argumen
- Membuat koneksi dan mengidentifikasi pola
- Menyelesaikan masalah
- Menkonstruksi pengetahuan yang bermakna
- Bereksperimen, merefleksikan, dan mengambil tindakan atas ide-ide di dunia nyata
Sekarang coba bandingkan dengan dimesi pada profil pelajar Pancasila maupun 8 profil kelulusan, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Dari tabel di atas tampak bahwa, kompetensi abad 21, yakni keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) menjadi titik temu dari ketiganya. Meskipun komunikasi tidak masuk dalam dimensi utama pada profil pelajar Pancasila, tetapi komunikasi masuk pada elemen-elemen atau sub elemennya. Misal elemen komunikasi dan interaksi antar budaya dalam kebhinekaan global. Sub elemen komunikasi untuk mencapai tujuan bersama pada elemen kolaborasi pada dimensi gotong royong.
Jadi, kolaborasi sebagai bagian dari 6 kecakapan atau dimensi dari 8 profil kelulusan, pada profil pelajar Pancasila merupakan elemen dari gotong royong. Gotong royong dalam profil pelajar Pancasila ini memuat elemen yang luas seperti kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
Karakteristik Khusus dari 6 Kompetensi Global
Kompetensi global ini memiliki 3 keunikan yakni komprehensif, presisi, dan terukur.
Dua kompetensi, yakni kewarganegaraan dan karakter sebagai ajang bagi siswa untuk fokus pada permasalahan yang kompleks, bertanggung jawa terhadap pembelajarannya, dan menunjukkan kepedulian serta keterlibatan terhadap permasalahan global.
Jadi, di sini siswa tidak berhenti di 4C, tetapi bagaimana mampu menerapkan sekaligus menguatkan 4C tersebut dalam menemukan solusi dari permasalahan yang selalu muncul baik terkait dengan dimensi karakter maupun kewarganegaraan.
Tiap kompetensi ini selanjutnya diuraikan menjadi 4 - 5 dimensi yang memberikan gambaran mengenai keahlian, kemampuan, serta sikap yang mendukung kompetensi yang dimaksud.
Kemajuan dari deep learning atau pembelajaran mendalam ini dapat digunakan baik oleh siswa maupun guru, maupun keluarga dengan rubrik yang dapat dipahami bersama. Baik perencanaan, pelaksanaan, maupun pengukuran akan merujuk pada 6 kompetensi ini sebagai outcome dari deep learning ini.
Hal yang perlu diperhatikan adalah antara penguasaan materi pembelajaran yang banyak menyita sumber daya dalam prosesnya, tidak akan melupakan tujuan akhir yakni 6 kompetensi global tersebut.
Atau dalam konteks pembelajaran kita, maka apapun proses yang dilakukan oleh guru baik dengan diferensiasinya, pembelajaran berbasis masalah/projek ataupun proses lainnya tetap fokus pada profil pelajar Pancasila yang dibidik.
Fokus pada hasil jangan melupakan proses dan sebaliknya fokus pada proses jangan lupa dengan tujuan akhirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar